Sejak operasi militer besar-besaran Israel di Gaza yang dipicu serangan Hamas ke Israel, yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang dan invasi balasan ke Gaza yang menewaskan lebih dari 26.000 orang, jumlah insiden kekerasan di Timur Tengah meningkat tajam. Situasi ini memicu kecemasan bagi masyarakat di Timur Tengah dan sekitarnya. BBC menelisik beberapa negara yang terkena dampak situasi di Gaza. Di setiap bagian, Anda dapat mengeklik artikel tautan untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana kekerasan berdampak pada setiap negara.
Sudah saatnya berhenti membicarakan potensi perang di Gaza akan menyebar ke tempat lain di Timur Tengah. Potensi itu sudah terjadi. Kelompok milisi Houthi bertekad merespons serangan militer Amerika Serikat dan Inggris. Saat ini ada kemungkinan milisi pro-Iran di Irak dan Suriah akan mengincar pasukan AS di wilayah tersebut.
Kendaraan militer Israel keluar dari Jalur Gaza, seperti terlihat dari bagian selatan Israel pada 15 Januari 2024. Foto: Reuters
Gaza telah menjadi episentrum kekerasan. Israel bersumpah untuk melakukan operasi militer “sampai Hamas lenyap“. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza dan siapa pemimpin mereka yang paling menonjol, bacalah artikel di bawah ini.
Dan untuk memahami lebih lanjut tentang bagaimana Hamas mendapatkan pembiayaan, bacalah sejumlah hal yang kami ketahui tentang pendanaan mereka dari luar negeri, sumbangan, pajak, dan mata uang kripto dari kelompok tersebut:
Ketika konflik Israel-Hamas meningkat, terdapat kekhawatiran bahwa eskalasi ketegangan di perbatasan Israel-Palestina dengan Lebanon dapat memicu konflik regional. Hizbullah adalah organisasi politik, militer, dan kesejahteraan sosial berbasis Islam Syiah yang mempunyai kekuasaan besar di Lebanon. Sejumlah negara Barat dan Arab menganggap mereka sebagai organisasi teror. Setelah peristiwa 7 Oktober lalu, Hizbullah terlibat dalam serangan lintas batas dengan Israel. Hizbullah dan Israel memiliki sejarah konflik yang panjang sejak beberapa dekade yang lalu.
Tidak jelas apakah garis pertempuran di Lebanon selatan dan Israel utara akan tetap tenang atau malah semakin panas. Hizbullah dan Israel menyatakan bahwa mereka tidak menginginkan perang dalam skala besar. Meski begitu, mereka tidak gentar jika konflik itu pecah. Kedua belah pihak melontarkan ancaman untuk melakukan penghancuran besar-besaran jika perang terbuka terjadi.
Sejak perang di Gaza dimulai pasca 7 Oktober lalu, kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat meningkat tajam. PBB menyatakan para pemukim Israel membunuh delapan warga Palestina dan melukai lebih dari 80 orang. Pada awal Desember lalu, BBC berbicara dengan seorang aktivis Palestina, yang menyebut dirinya diculik dari rumahnya pada 7 Oktober lalu. Dia ditahan selama 10 jam dan diserang oleh tentara Israel. Beberapa tentara Israel itu, kata dia, adalah pemukim Israel yang merupakan tetangganya.
Mayoritas warga Palestina tidak keluar rumah karena mereka takut.
BACA: Sejarah Tepi Barat yang dijuluki ‘Berlin kecil’ dalam konflik Israel dan Palestina
Kelompok milisi Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, telah meningkatkan serangan terhadap kapal-kapal tujuan Israel melalui Laut Merah. Serangan itu mereka lakukan Oktober lalu.
BACA: Apakah Houthi yang didukung Iran akan menyeret AS dan sekutunya ke dalam perang?
Jika Iran dan sekutunya, seperti Hamas, ingin memperluas perang ke Barat, serangan Inggris dan AS baru-baru ini terhadap kelompok Houthi menunjukkan bahwa Hamas telah berhasil. Namun apakah eskalasi perang ini demi kepentingan Iran? Dalam jangka pendek, Iran dan sekutunya ingin melemahkan dukungan Barat terhadap Israel.
Sejak awal konflik, publik mencoba memahami peran Iran dalam situasi perang di Gaza, meskipun Iran telah membantah terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober. Pada tanggal 3 Januari lalu, serangan bom terhadap kerumunan orang yang menandai peringatan pembunuhan kepala mata-mata Iran Qasem Soleimani oleh AS di Kerman, di selatan Iran, menewaskan sedikitnya 84 orang. Iran awalnya menyalahkan Israel dan AS atas serangan tersebut. Namun ISIS kemudian menyatakan merekalah yang bertanggung jawab.
Wartawan BBC Frank Gardner berpendapat, tidak masuk akal jika Israel melakukan serangan ke Iran. Namun jika Iran memburu para pelaku pengeboman itu, ketegangan di kawasan Timur Tengah pasti pecah.
Untuk memahami lebih jauh tentang keterlibatan Iran dalam politik regional, kami memiliki penjelasan berikut ini:
BACA: Mengapa Iran dibawa-bawa dalam pertikaian Israel-Hamas?
Pada Januari 2024, AS melancarkan serangan udara terhadap fasilitas milik pasukan dukungan Iran di Irak. Serangan tersebut diyakini merupakan respons AS terhadap serangkaian serangan terhadap pasukan AS dan internasional di Irak dan Suriah. Kelompok yang didukung Iran di Irak menyatakan, ketegangan regional berasal dari perang di Gaza. Iran mendukung Hamas, sementara AS mendukung Israel. Sejak itu, militer AS membuat klaim bahwa mereka telah diserang lebih dari 150 kali di Irak dan Suriah. Mereka menyebut serangan itu rata-rata berupa kombinasi roket dan pesawat nirawak serang satu arah.